Sejak diumumkan oleh Pak Made Budi, dosen Universitas Cenderawasih m?enyangkut khasiatnya, maka nilai sosial dan nilai budaya Tawy dalam kehidupan masyarkaat adat Papua secara total berubah. Banyak orang sudah tidak mau menjadikan Tawy sebagai alat perekat hubungan sosial, tetapi justru diperjual-belikan. Banyak aturan panen buah ini yang secara marak dan sengaja dilanggar. Banyak aturan kapan harus ditanam, kapan harus dipetik, siapa yang harus pertama kali memanennya dan sejenisnya menjadi tidak ada arti apa-apa.
Kini Tawy dilihat sebagai "obat mujarab" yang dapat menyembuhkan hampir semua penyakit mematikan yang pernah dihadapi masyarakat modern masakini. HIV/AIDS yang selama ini selalu disebut tidak pernah ada obatnya saja punya peluang disembuhkan oleh Minyak Tawy.
Banyak orang dari Luar Papua tiba-tiba menjadi tabib penyembuh HIV/AIDS, rematik, kencing manis dan kanker. Banyak bermunculan Kapsul Buah Merah yang berisi bubuk ataupun minyak Tawy. Banyak website yang dapat Anda cari di google.com dan akan temukan dengan mudah sekali. Silahkan saja ketik.
Banyak tabib bermunculan. Semuanya dengan izin Badan POM, diterbitkan di Jakarta.
- Kalau ramai-ramai begini, bagaimana dengan nasib nilai-nilai budaya dan nilai-nilai sosial dari Tawy?
- Bagaimana dengan orang Papua sendiri sebagai pemilik hak intelektual dari buah Tawy?
Saya, Jhon Kwano berharap dan berdoa kepada Tuhan Pencipta Langit dan Bumi Cenderawasih kiranya melindungi bangsa dan budaya Papua sehingga tidak terkikis habis demi kepentingan uang dan ekonomi semata.